merupakan pondok pesantren dibawah naungan Nahdlatul Wathan berpaham ahlussunnah waljama`ah ala mazhabil imam assyafi`i ra

Madrasah Ibtidaiyah Albaqiyatusshalihat NW Santong

lembaga Madrasah Ibtidaiyyah NW Santong merupakan salah satu lembaga di bawah naungan Pondok Pesantren Al-Baqiyatusshalihat NW Santong

Madrasah Tsanawiyah Al-Baqiyatusshalihat NW Santong

Lembaga Madrasah Tsanawiyah Al-Baqiyatusshalihat NW Santong merupakan salah satu lembaga di bawah naungan Pondok Pesantren Al-Baqiyatusshalihat NW Santong

Madrasah Aliyah Al-Baqiyatusshalihat NW Santong

Lembaga Madrasah Aliyyah Al-Baqiyatusshalihat NW Santong merupakan salah satu lembaga di bawah naungan Pondok Pesantren Al-Baqiyatusshalihat NW Santong

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 17 September 2018

Makalah "MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL (Konsep Dasar Dan Implementasinya)"




A.      PENDAHULUAN
Manusia dalam memperoleh pengetahuan diantaranya adalah melalui panca indra. Dengan begitu manusia akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sifatnya kongkrit. Walaupun manusia mampu untuk belajar sesuatu yang bersifat abstrak, namun sekali lagi bahwa ia akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu yang dapat ia amati secara langsung dalam kehidupannya. CTL didesain dengan melibatkan siswa mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung  jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja.
CTL lebih menekankan pada pembelajaran dengan model siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya tanpa dominasi transfer ilmu dari guru. Dengan begitu siswa diharapkan akan menjadi terampil dalam memecahkan sendiri segala persoalan dalam kehidupnya kelak.

B.       KONSEP DASAR MODEL STRATEGI PEMBELAJARANKONSTEKTUAL
1.    Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pembelajaran kontekstual terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, kontek, suasana, atau keadaan”. Contextual diartikan suatu hubungan dengan suasana (kontek). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.Model pembelajaran  kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di  Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat, antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual.
Menurut Hower R. Kenneth (2001) model pembelajaran kontekstual atau CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Menurut Johnson 2002 : 25 (dalam Nurhadi) Model pembelajaran kontekstual atau CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan nyata mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan budayanya.
Sedangkan menurut Yoyo (2006) Model pembelajaran kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 
Untuk menciptakan kondisi tersebut diperlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Melalui model CTL, siswa diharapkan belajar mengalami bukan menghafal.Menurut Sugiyanto (2009) CTL atau model pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
2.      Karakteristik Model Pembelajaran Konstektual
Karakteristik pembelajaran kontekstualMenurut Atik Wintarti (2008) bahwa ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:
a.         Adanya kerja sama, sharing dengan teman dan saling menunjang
b.         Siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak membosankan, serta guru kreatif
c.         Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber
d.        Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa  misalnya: peta, gambar, diagaram, dll.
e.         Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum.
  1. Langkah Model Strategi Pembelajaran Konstektual
a.         Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja   sendiri,   menemukan   sendirdan   mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b.         Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c.         Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d.        Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e.         Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f.          Lakukan refleksi di akhir penemuan.
g.         Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

C.      IMPLEMENTASI MODEL STRATEGI PEMBELJARAN KONSTEKTUAL

1.        Implementasi Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas sebagai berikut.
a.         Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
b.         Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
c.         Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d.        Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)
e.         Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f.          Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g.         Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagaicara
                                      Untuk lebih jelasnya uraian setiap komponen utama CTL dan penerapannya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut sebagai berikut:
a.         Konstruktivisme (Constructivism)
Setiap  individu  dapat  membuat  struktur  kognitif  atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme. Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.Pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :
                                       1.)     Mengandung pengalaman nyata (Experience);
                                       2.)     Adanya interaksi sosial (Social interaction);
Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
                                       3.)     Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
                                       4.)     Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang  sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
b.         Bertanya (Questioning)
Bertanya  merupakan  strategi  utama  dalam  pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry
Dalam  sebuah  pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1.)      Menggali informasi, baik administratif maupun akademis
2.)      Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa
3.)      Membangkitkan respon kepada siswa
4.)      Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5.)      Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
6.)      Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
7.)      Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
c.         Menemukan (Inquiry)
Menemukan  merupakan  bagian  inti  dari  pembelajaran  berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
1.)      Merumuskan masalah
2.)      Mengajukan hipotesis
3.)      Mengumpulkan data
4.)      Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
5.)      Membuat kesimpulan.
d.        Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep  ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).
e.         Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti  guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :
1.)      Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.
2.)      Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar
3.)      Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.
f.          Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.  Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa
1.)      Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh  pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.
2.)      Catatan atau jurnal di buku siswa
3.)      Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
g.         Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang  diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedbackAuthentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.
2. Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual
a.         Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b.         Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c.         Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d.        Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
e.         Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f.          Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g.         Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
3.    Kelemahan model pembelajaran kontekstual 
a.         Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
b.         Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c.         Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
d.        Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e.         Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f.          Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g.         Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswaakan berbeda-beda dan tidak merata.Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
D.      KESIMPULAN
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

DAFTAR PUSTAKA
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-strategi.html
https://www.duniapembelajaran.com/2014/07/model-pembelajaran-kontekstual.html
http://dedi26.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-pembelajaran-kontekstual.html





Share:

Terjemahan Arba`una Haditsan

Terjemahan Arba`una Haditsan
buku terbaru

buku Menggapai Mimpi

buku Menggapai Mimpi
buku perdana Lalu Ikhwanuddin admin ABQ MEDIA

Definition List

Unordered List

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.