Manusia
dalam memperoleh pengetahuan diantaranya adalah melalui panca indra. Dengan
begitu manusia akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sifatnya kongkrit.
Walaupun manusia mampu untuk belajar sesuatu yang bersifat abstrak, namun
sekali lagi bahwa ia akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu yang dapat ia
amati secara langsung dalam kehidupannya. CTL didesain dengan melibatkan siswa
mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah
dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka
sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja.
CTL lebih
menekankan pada pembelajaran dengan model siswa mengkonstruk sendiri
pengetahuannya tanpa dominasi transfer ilmu dari guru. Dengan begitu siswa
diharapkan akan menjadi terampil dalam memecahkan sendiri segala persoalan
dalam kehidupnya kelak.
B.
KONSEP DASAR
MODEL STRATEGI PEMBELAJARANKONSTEKTUAL
1.
Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual didasarkan
pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan
belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui
dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pembelajaran kontekstual terjemahan dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari
kata contex yang berarti “hubungan, kontek, suasana, atau
keadaan”. Contextual diartikan suatu hubungan dengan suasana (kontek).
Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.Model pembelajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan
di Amerika Serikat yang diawali dengan
dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh
Departemen Pendidikan Amerika Serikat, antara tahun 1997 sampai tahun 2001
sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan,
menguji, serta melihat efektifitas
penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual.
Menurut Hower R. Kenneth (2001) model pembelajaran kontekstual atau CTL
adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa
menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam
dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun
nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Menurut Johnson 2002 : 25 (dalam Nurhadi) Model
pembelajaran kontekstual atau CTL merupakan suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan nyata mereka
sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan
budayanya.
Sedangkan menurut Yoyo (2006) Model pembelajaran
kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk menciptakan kondisi tersebut diperlukan strategi
belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan
dibenak mereka sendiri.
Melalui model CTL, siswa diharapkan belajar mengalami
bukan menghafal.Menurut Sugiyanto (2009) CTL atau model pembelajaran
kontekstual adalah sebuah sistem pengajaran
yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
2.
Karakteristik
Model Pembelajaran Konstektual
Karakteristik
pembelajaran kontekstualMenurut Atik Wintarti (2008) bahwa ada beberapa
karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:
a.
Adanya kerja
sama, sharing dengan teman dan saling menunjang
b.
Siswa aktif
dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak membosankan, serta
guru kreatif
c.
Pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber
d.
Dinding
kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa misalnya: peta,
gambar, diagaram, dll.
e.
Laporan
kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya siswa, laporan
praktikum.
- Langkah
Model Strategi Pembelajaran Konstektual
a.
Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan
sendirdan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
b.
Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c.
Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d.
Ciptakan
masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e.
Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran.
f.
Lakukan
refleksi di akhir penemuan.
g.
Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
C. IMPLEMENTASI
MODEL STRATEGI PEMBELJARAN KONSTEKTUAL
1.
Implementasi Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Pendekatan
CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika
menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Secara garis besar
langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas sebagai berikut.
a.
Kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
b.
Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
c.
Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d.
Ciptakan
masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)
e.
Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran
f.
Lakukan
refleksi di akhir pertemuan
g.
Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagaicara
Untuk
lebih jelasnya uraian setiap komponen utama CTL dan penerapannya dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut sebagai berikut:
a.
Konstruktivisme (Constructivism)
Setiap individu
dapat membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan
pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru,
ini dikatakan sebagai konstruktivisme. Fungsi guru disini membantu membentuk
konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan
lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.Pendekatan
konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :
1.) Mengandung pengalaman nyata (Experience);
2.) Adanya interaksi sosial (Social interaction);
Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
3.) Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior
Knowledge).
4.) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas.
Sejalan dengan pemikiran Piaget
mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur
pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi
informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh
pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman
baru akan dihubungkan dengan kotak yang sudah berisi pengalaman lama
sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia
dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
b.
Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan
strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan
bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting
dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry.
Dalam sebuah
pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1.)
Menggali
informasi, baik administratif maupun akademis
2.)
Mengecek
pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa
3.)
Membangkitkan
respon kepada siswa
4.)
Mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa
5.)
Memfokuskan
perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
6.)
Membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
7.)
Menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
c.
Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan
bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan
atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum
proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
1.)
Merumuskan
masalah
2.)
Mengajukan
hipotesis
3.)
Mengumpulkan
data
4.)
Menguji
hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
5.)
Membuat
kesimpulan.
d.
Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep ini menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu
diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu
dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat
juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).
e.
Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran
kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan
menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan
sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru
memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual,
guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari
mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati
atau ditiru siswa digolongkan menjadi :
1.)
Kehidupan
yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.
2.)
Simbolik (symbolic),
model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar
3.)
Representasi
(representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan
alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.
f.
Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir
tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang
sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru
diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi
dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu
sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa
1.)
Pernyataan
langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja
dilakukan.
2.)
Catatan atau
jurnal di buku siswa
3.)
Kesan dan
saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
g.
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian
autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa
telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada
proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik authentic
assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama
dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun
sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat
fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic
assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya
siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes
tulis dan karya tulis.
2. Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual
a.
Memberikan
kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b.
Siswa dapat
berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c.
Menyadarkan
siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d.
Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
e.
Pembelajaran
lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f.
Membantu
siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g.
Terbentuk
sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
3.
Kelemahan model pembelajaran kontekstual
a.
Dalam pemilihan
informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam
kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan
dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak
sama.
b.
Tidak efisien
karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c.
Dalam proses
pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
d.
Bagi siswa
yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal
dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e.
Tidak setiap
siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang
dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f.
Kemampuan
setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi
namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft
skill daripada kemampuan intelektualnya.
g.
Pengetahuan
yang didapat oleh setiap siswaakan berbeda-beda dan tidak merata.Peran guru
tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai
pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha
sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
D. KESIMPULAN
Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik
dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi
prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating,
experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta
didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata
guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-strategi.html
https://www.duniapembelajaran.com/2014/07/model-pembelajaran-kontekstual.html
http://dedi26.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-pembelajaran-kontekstual.html